Monolog...
Ingin sahaja aku pergi jauh...jauh sekali..jauh dr paksaan emosi,dr tekanan, dr hiruk-pikuk dunia,dr kata-kata manusia...Hanya sabar shj yg sdg mnjdi pembendung dr segala kekacauan emosi di kala ini. Ya, sabar...Begitulah indahnya rasa bersabar apbl semua kesakitan hr ni membuahkn kebahagiaan dan kegembiraan kelak.
Aku bingung, bila 'nikmat' itu ada di dpn mata, perasaan ini tidak merasa erti makna sebuah makna menghargai. Bila jauh pula perasaan rindu mula menerpa dan ayat ini terasa bagai terngiang-ngiang di kepala "Haa..bila dh jauh barula nak bersyukur."
Kadang-kadang 'nikmat' ini semakin tidak dirasai...tidak dihargai, tak disedari kewujudan dan kepentingannya...mungkin diri ini yg tidak bersyukur atas nikmat itu. Mungkin bila 'nikmat' itu menjauh atau menghilang barulah aku akn merasainya...ya, itulah manusia...selalu saja tdk bersyukur sprti aku skrg...Ampunkan aku ya Allah...Tuhan yg selalu membolak-balikkan hatiku...
Tapi kadang-kadang itulah sikap manusia, baru rasa nak menghargai tatkala 'nikmat' itu pergi....
Pemujuk hati...
Firman Allah SWT dalam QS Al-Ma’aarij ayat 19-27 bahwa: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir; Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah; Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir; Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat; Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya; Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu; Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta); Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan; Dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.”
Mengeluh adalah perbuatan yang sangat dikutuk oleh agama dan hukumnya haram. Karena itu Rasulullah SAW bersabda: “Tiga macam tanda-tanda kekafiran terhadap Allah, merobek baju (putus asa, bunuh diri, dsb.), mengeluh dan menghina nasab orang.” Dalam Hadist lain Rasulullah SAW bersabda: “Mengeluh itu termasuk kebiasaan Jahiliyyah, dan orang yang mengeluh, jika ia mati sebelum taubat, maka Allah akan membuatkan pakaian dari uap api neraka.” (HR Ibnu Majah).
Cerita tentang sabar mghdpi ujian...
Pada masa Tabi’ien ada seorang yang bernama Abdul Hasan. Suatu saat ia pergi haji ke Baitul Haram. Saat tawaf tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang wajahnya bersinar dan berseri. “Demi Allah, aku belum pernah melihat seorang wanita yang wajah secantik dan secerah wanita ini, pasti wanita ini tidak pernah risau dan bersedih hati sehingga wajahnya tetap bercahaya dan berseri.”
Tiba-tiba wanita itu mendengar ucapan Abdul Hasan lalu ia bertanya, “Apa katamu hai saudaraku ?, Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati karena risau, dan tidak ada seorangpun yang menemaniku dalam hal ini.” Abdul Hasan bertanya, “Hal apakah yang merisaukanmu ?” wanita itu menjawab, “Aku mempunyai 4 orang anak, satu sudah menikah, dua sudah dapat bermain sendiri, dan satu lagi masih menyusui. Pada suatu hari suamiku menyembelih kambing korban. Ketika aku bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada adiknya,
“Hai adikku, sukakah aku tunjukan padamu bagaimana ayah menyembelih kambing ?”.
Lalu adiknya disuruh berbaring, dan disembelihlah leher adiknya itu. Dia merasa ketakutan setelah melihat darah mengucur keluar dari leher adiknya itu. Kemudian dia lari ke bukit yang disana dia dimakan oleh srigala. Ayahnya pergi mencari anaknya itu sampai mati kehausan. Ketika aku letakkan bayiku untuk keluar mencari suamiku, tiba-tiba bayiku merangkak menuju ke periuk yang berisi air panas, ditariknya periuk tersebut dan tumpahlah air panas terkena kebadannya. Air panas itu melepuhkan kulit dan badannya sehingga tidak dapat tertolong lagi. Berita ini terdengar oleh anakku yang sudah menikah dan tinggal di daerah lain, maka ia jatuh pingsan hingga smpai menuju ajalnya. Kini aku tinggal sebatang kara diantara mereka semua.”
Wanita ini menjawab, “Tiada seorangpun yang dapat membedakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan diantara keduanya ada jalan yang berbeda. Sabar adalah memperbaiki yang lahir, hal itu baik dan terpuji akibatnya. Adapun mengeluh, maka ia tidak akan pernah mendapat ganti, kecuali sia-sia belaka.”
0 comments:
Post a Comment